BAHASA ARAB DAN
BAHASA AL-QUR`AN
- Berbagai kajian tentang bahasa Arab yang telah dilakukan oleh para pakar bahasa Arab selalu terkait dengan kitab suci Al-Qur`an,
- seolah Al-Qur`an menjadi pusat perhatian dari kajian tersebut, baik kajian itu terkait langsung dengan penafsiran Al-Qur`an, penjelasan ayat-ayatnya, penjelasan maknanya, pengambilan hukum syari’ah, pembahasan makna kata, derivasi bentuk-bentuk kata, struktur sintaksis, silistika dan retorika, kaligrafi, astronomi, matematika, dan rahasia alam semesta.
- Semua kajian tentang bahasa Arab ditujukan untuk mengkaji agama Islam, untuk memahami Al-Qur`an, sumber hukum Islam, dan undang-undang kaum Muslimin.
- Di awal perkembangan Islam, agama Islam memiliki kaitan erat dengan bahasa Arab
- motivasi yang mendorong para pakar bahasa Arab untuk mengumpulkan data-data bahasa Arab dan merumuskan tata bahasa Arab adalah motivasi keagamaan, yaitu menentukan titik dan baris Al-Qur`an dan mengajarkan bahasa Al-Qur`an kepada putera-puteri kaum Muslimin.
- kurikulum pendidikan di dunia Islam sejak awal perkembangan Islam selalu mencakup pengetahuan agama dan bahasa Arab.
- seorang ahli bahasa Arab biasanya sekaligus merangkap sebagai ahli agama atau ahli qira’at, ahli tafsir, ahli hadits, ahli teologi, atau ahli fiqih.
- Noldeke: “bahasa Arab dapat menjadi bahasa internasional karena Al-Qur`an dan Islam.
- Karena dibawah kepemimpinan suku Quraisy, orang-orang Badwi dapat menaklukan penduduk padang pasir, sehingga bahasa Arab juga menjadi bahasa suci”.
- Para ilmuan bekerja keras mengkaji bahasa Arab untuk mengungkap rahasianya agar dapat mengetahui kemu’jizatan Al-Qur`an.
- Al-Qur`an diturunkan dengan bahasa fushah, bahasa yang diluar kemampuan masyarakat Arab awam.
- pada masa awal perkembangan Islam masyarakat bertanya kepada para sahabat terkemuka tentang tafsir ayat Al-Qur`an dan kata-kata asing dalam Al-Qur`an.
- Abdullah bin Abbas pernah ditanyakan tentang kata-kata tertentu di dalam Al-Qur`an maka dia menjelaskannya dengan bait-bait puisi Arab.
- Berbagai pertanyaan dan jawaban yang terjadi antara masyarakat dan Abdullah bin Abbas dikumpulkan menjadi satu buku yang diberi judul: "سؤالات نافع بن الأزرق إلى عبد الله بن عباس" (Pertanyaan-pertanyaan Nafi’ Ibn Al-Azraq kepada Abdullah Ibn Abbas). diterbitkan oleh Dr. Ibrahim al-Samarra`i di Bagdad pada tahun 1968.
- Buku"سؤالات نافع بن الأزرق إلى عبد الله بن عباس" dimulai dengan uraian berikut: “Pada saat Abdullah bin Abbas duduk di halaman Ka’bah dengan menjulurkan kakinya ke arah sumur zam-zam orang-orang mengelilinginya dari berbgai arah. Mereka bertanya kepada Abdullah tentang penafsiran Al-Qur`an dan halal-haram. Ketika dia sibuk menjawab pertanyaan orang, Nafi’ ibn al-Azra’ mengatakan kepada Najdah ibn Uwayn: “Mari kita datangi orang yang berani menafsirkan al-Qur`an dan memberikan fatwa tentang hal-hal yang tidak diketahuinya!”. Lalu mereka berdua menemui Abdullah ibn Abbas dengan mengatakan: “Kami ingin bertanya kepada anda tentang kitab suci al-Qur`an. Anda jelaskan kepada kami dengan merujuk pada puisi-puisi Arab, karena Allah menurunkan al-Qur`an dengan bahasa Arab!”. Abdullah ibn Abbas mengatakan: “Silahkan anda tanyakan tentang apa saja insya Allah saya akan menjawabnya.” Lalu mereka mengatakan: “Apa makna kataعِزِيْن dalam firman Allah ((عن اليمين وعن الشمال عزين. Abdullah Ibn Abbas menjawab: Kata عزين bermakna (berkelompok-kelompok). Nafi’ ibn al-Azra’ dan Najdah ibn Uwayn mengatakan: “Apakah orang arab mengenal kata itu?” Ibnu Abbas mengatakan: “Ya. Dalam puisi karya Al-Abrash terdapat kata itu.”
فجاؤوا يهرعون إليه حتى #
يكونوا حول منبره عزينا
Nafi’
mengatakan: “Tolong jelaskan tentang kata: وابتغوا
إليه الوسيلة . Ibnu Abbas
mengatakan: الوسيلة
bermakna الحاجة (keperluan). Nafi’
mengatakan: “Apakah kata itu dipakai orang Arab?” Jawab Ibnu Abbas: “Ya,
Antarah Al-Abasi pernah mengungkapkan kata itu dalam puisinya.”إن الرجال لهم إليكِ وسيلة
# إن يأخذوكِ تكحلي وتخضبي .
·
Demikianlah Nafi’ tanya jawab itu terus
berlangsung antara Nafi’ dan Ibnu Abbas, seingga akhirnya tanya jawab itu
berkembang menjadi sekitar dua ratus lima
puluh tempat dalam Al-Qur’an. Ibnu Abbas selalu memberi penjelasan dengan
mengutip puisi-puisi Arab.
·
Akhirnya penafsiran Ibnu Abbas itu kemudian
dianggap sebagai cikal bakal dari perkamusan Arab. Dan kajian bahasa Arab dimulai dari sini,
dari makna kosa kata asing dalam Al-Qur’an.
Oleh karena itu kamus pertama dalam sejarah perkamusan Arab berjudul (غريب القرآن/Kosa
Kata Aneg dalam Al-Qur’an
) karya Abu Sa’d Ibn Ribah
Al-Bakri (W. 141 H.).
·
Sejak masa awal perkembangan Islam hinga waktu
kini para ilmuan menyadari pentingnya puisi arab untuk membantu mengetahui
makna-makna kata asing dalam Al-Qur`an dan hadits Nabi. Mereka gigih
mengkaji transmisi puisi,
menghafalkannya, mengkaji silistika
puisi dan maknanya, serta peperangan-peperangan yang terjadi di tengah-tengah
bangsa Arab. Kalau yang mereka lakukan ini bukan karena motivasi keagamaan,
tentu saja puisi arab jahiliyah musnah, dan kita tidak tau apa-apa tentang
puisi itu.
·
Abu Hatim ar-Razi: “Kalau orang tidak perlu
mengetahui bahasa Arab dan menggunakan puisi arab untuk mengetahui kosa kata
asing dalam Al-Qur`an dan hadits tentu saja puisi menjadi tidak berguna dan
para penyair Arab pun tidak dikenang orang.
·
Ibn Abbas: “Puisi Arab jahiliyah adalah rujukan
orang Arab. Jika ada satu kata di dalam Al-Qur`an yang tidak jelas maknanya,
maka kita merujuk kepada puisi sehingga
kita mengetahui maknanya.”
·
Ibn Abbas menambahkan “ Jika anda menanyakan
kepadaku tentang kata asing dalam Al-Qur`an, carilah makna kata itu dalam puisi
karena puisi adalah rujuka orang Arab.
·
di antara motivasi untuk mengkaji puisi adalah
untuk mengkaji Al-Qur`an. Hal ini juga yang menjadi motivasi penyusunan kamus-kamus Arab.
·
penyusunan nahwu dilatarbelakangi oleh semangat
untuk menjaga Al-Qur`an dari kesalahan bacaan. Hal ini dapat diketahui pada latarbelakang
penyusunan nahwu yang dilakukan oleh Abu al-Aswad ad-Du`ali
·
kajian gaya
bahasa yang kemudian dikenal dengan ilmu
balaghah terbagi menjadi Bayan, Ma’ani, dan Badi’.
·
Orang yang pertama kali menemukan ilmu Balaghah Abu
Ubaidah Muammar ibn Mutsanna yang tujuannya adalah untuk mengetahui gaya bahasa Al-Qur`an.
·
Adapun penulisan huruf Arab tentu saja telah
dimulai jauh lebih dulu dari pada turunnya Al-Qur`an. Namun perhatian terhadap
Al-Qur`an agar terhindar dari kesalahan bacaan membuat para ulama di awal
perkembangan Islam mencari metode yang dapat menyelamatkan pembaca Al-Qur`an
dari kesalahan bacaan karena huruf-huruf Al-Qur`an pada masa itu belum memiliki
tanda titik dan syakl. Sejarah membuktikan bahwa Abul Aswad ad-Du’ali adalah
orang pertama yang menentukan titik dan harakat huruf-huruf Al-Qur`an.
·
Semua pengetahuan ini ditujukan untuk mengkaji
agama Islam dan memahami Al-Qur`an. Jika Al-Qur`an memeruntahkan shalat, puasa,
dan haji. Semua ibadah ini dilakukan pada waktu tertentu sesuai dengan perjalanan
bulan dan berbicara bulan berarti berbicara dengan astronomi, maka astronomi
pun dipelajari untuk mengetahui waktu-waktu ibadah tadi. Jika pembagian warisan
menuntut penguasaan matematika, maka matematika itu dipelajari oleh kaum
Muslimin untuk keperluan ini.
·
Demikian pula Al-Qur`an menganjurkan untuk
mengamati alam semesta agar aqidah mereka menjadi semakin kokoh dan kuat, maka
mempelajari ilmu alam juga menjadi suatu keharusan untuk mengkaji Al-Qur`an.
·
Demikianlah Al-Qur`an menjadi pusat dari semua
kajian bahasa Arab yang dilakukan untuk mengkaji Al-Qur`an. Tanpa Al-Qur`an
bahasa Arab fushah akan punah, akan menjadi bahasa pusaka seperti bahasa latin
dan sansekerta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar