10 Faidah
Tentang Bahasa Arab
Sumber: http://badaronline.com Posted: 07-01-2013 |
Category: Uncategorized
Di download pada tanggal 29-01-2013 pukul 14.30 WIB
Berikut adalah beberapa faidah yang kami kumpulkan
berdasarkan keterbatasan ilmu yang ada pada kami.
Pertama
Kaum muslimin sepakat bahwa Al-Qur’an adalah mu’jizat
terbesar Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, mu’jizat tersebut
berupa keindahan bahasa dan balaghahnya sampai-sampai Allah ‘Azza wa
Jalla menantang siapapun yang bisa mendatangkan semisal Al-Quran. Allah
berfirman,
وَإِن كُنتُمْ فِي رَيْبٍ مِّمَّا نَزَّلْنَا عَلَى عَبْدِنَا فَأْتُواْ بِسُورَةٍ مِّن مِّثْلِهِ وَادْعُواْ شُهَدَاءكُم مِّن دُونِ اللّهِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ
“Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al
Qur’an yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat
(saja) yang semisal Al Qur’an itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah,
jika kamu orang-orang yang benar.” (Al-Baqarah: 23)
Bahkan ditantang juga dengan mendatangkan kalimat saja
semisal Al-Quran. Allah berfirman,
فَلْيَأْتُوا
بِحَدِيثٍ مِّثْلِهِ إِن كَانُوا صَادِقِينَ
“Maka hendaklah mereka mendatangkan kalimat yang semisal Al Qur’an itu jika mereka orang-orang yang benar.” [Ath-Thuur: 34]
“Maka hendaklah mereka mendatangkan kalimat yang semisal Al Qur’an itu jika mereka orang-orang yang benar.” [Ath-Thuur: 34]
maka sangatlah merugi seorang yang mengaku-ngaku
muslim tetapi ia tidak bisa menikmati mu’jizat terbesar umat ini.
kedua
Jika ada seorang profesor Ahli dibidang kedokteran
modern misalnya, ia menjadi rujukan para dokter untuk berkonsultasi, akan
tetapi ia tidak bisa berbahasa Inggris, maka gelar profesor dan keahliannya
diragukan karena sebagian besar sumber ilmu kedokteran modern adalah negara
barat yang berbahasa Inggris, maka bagaimana jika ada ustadz, Gus, Kiayi
Haji, Tuan Guru Haji, Habib yang mereka menjadi rujukan pertanyaan tentang
agama kemudian meraka tidak bisa berbahasa Arab?
Akan tetapi kenyataan di masyarakat terutama di zaman
ini, banyak orang yang belum mempunyai ilmu agama yang mumpuni, langsung
menjadi ustadz dadakan dan menjadi rujukan pertanyaan agama. Padahal untuk
menjadi dai dan rujukan pertanyaan juga harus belajar yang lama dan
bertahun-tahun sebagaimana juga belajar ilmu umum. Ia juga harus mengusai
berbagai ilmu ushul sehingga tidak menyampaikan atau berfatwa tanpa ilmu.
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
إِنَّ اللَّهَ لَا يَقْبِضُ الْعِلْمَ انْتِزَاعًا يَنْتَزِعُهُ مِنَ الْعِبَادِ وَلَكِنْ يَقْبِضُ الْعِلْمَ بِقَبْضِ الْعُلَمَاءِ حَتَّى إِذَا لَمْ يُبْقِ عَالِمًا اتَّخَذَ النَّاسُ رُءُوسًا جُهَّالاً فَسُئِلُوا فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا
“Sesungguhnya Allah tidak akan mencabut ilmu dari hamba-hambaNya sekaligus, tetapi Dia akan mencabut ilmu dengan mematikan para ulama’. Sehingga ketika Allah tidak menyisakan seorang ‘alim-pun, orang-orang-pun mengangkat pemimpin-pemimpin yang bodoh. Lalu para pemimpin itu ditanya, kemudian mereka berfatwa tanpa ilmu, sehingga mereka menjadi sesat dan menyesatkan orang lain.” (HR. Bukhari no:100)
Ketiga:
Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu adalah
yang pertama kali mencetus ilmu Bahasa Arab, beliau menyusun pembagian kalimat,
bab inna wa akhawatuha, idhafah, imalah, ta’ajjub, istifham dan lain-lain,
kemudian memerintahkan kepada Abul Aswad Ad-Dualiy untuk mengembangkan sambil
berkata,
انح هذا
النجو
“Unhu hadzan nahwa!” (ikutilah yang semisal ini),
“Unhu hadzan nahwa!” (ikutilah yang semisal ini),
maka istilah ilmu Nahwu diambil dari perkataan
Ali bin Abi thalib (lihat Qowa’idul asasiyah lillughotil arobiyah hal 6,
Sayyid Ahmad Al Hasyimi, Darul Kutub Al-‘Ilmiyah).
Keempat:
Abul Aswad Ad-Du’aliy rahimahullah dari
bani kinanah disebut sebagai bapak bahasa Arab. Ialah yang mengembangkan
bahasa Arab atas perintah Ali bin Abi thalib karena Islam berkembang berbagai
negara dan orang ajam banyak yang salah berbahasa Arab dan kesulitan memahami
Al-Quran, serta masuknya orang ajam ke negeri Islam dan mencampur bahasa mereka
(lihat Qowa’idul asasiyah lillughotil arobiyah hal 5).
Dikisahkan bahwa yang membuat Abul Aswad Ad-Du’aliy
semakin semangat mengembangkan bahasa Arab adalah suatu malam ia berjalan
dengan putrinya, kemudian putrinya berkata,
ما أجمل السماء
“Maa ajmalus sama’i” (artinya: Apa yang paling Indah di langit?),
kemudian Abul Aswad Ad-Du’aliy berkata,
نجومها
“nujumuha” (artinya: bintang-bintangnya).
kemudian putrinya berkata, “saya bermaksud ta’ajjub/kagum”.
Maka Abul Aswad Ad-Du’aliy berkata membenarkan,
katakanlah,
ما أجمل السماء
“Maa Ajmalas sama’a” (artinya: betapa indahnya langit).
NB: Tulisan font Arabnya sama, tetapi cara bacanya
berbeda, karena berbeda arti
Anak seorang pakar bahasa Arab saja seperti ini,
apalagi masyarakatnya, kemudian perhatikan juga hanya berbeda harakat sedikit
saja sudah membedakan artinya sangat jauh, masihkah kita tidak mau
belajar bahasa Arab untuk lebih memahami agama kita?
kelima
Sebagaimana fiqh, bahasa Arab juga ada dua mazhab
yaitu mazhab Kufiyah dan Bashriyah, karena bahasa Arab berkembang di dua
kota besar Kufah dan Bashrah. (lihat Qowa’idul asasiyah lillughotil arobiyah
hal 6)
Ulama dari Basrah yang terkenal adalah Sibawaih dengan
nama lengkapnya ‘Amr ibn Utsman Ibn Qunbar dan Abdullah bin Abu Ishak.
Sedangkan ulama dari kufah adalah Al-Kisa’i dengan nama lengkapnya Abu Hasan
Ali ibn Hamzah dan Al-Fara’
Nama lengkapnya Abu Zakariya Yahya ibn Ziyad ibn Abdullah ibn Marwan ad-Dailumiy.
Nama lengkapnya Abu Zakariya Yahya ibn Ziyad ibn Abdullah ibn Marwan ad-Dailumiy.
Keenam:
Sering kita mendengar bahwa bahasa penduduk surga
adalah bahasa Arab akan tetapi hadistnya lemah sehingga tidak bisa dijadikan
sandaran, tidak ada hadits shahih dari Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa
sallam tentang masalah ini. Menngenai hadits,
أَحِبُّوا
الْعَرَبَ لِثَلَاثٍ: لِأَنِّي عَرَبِيٌّ وَالْقُرْآنَ عَرَبِيٌّ وَكَلَامَ أَهْلِ
الْجَنَّةِ عَرَبِيٌّ
“Cintailah orang Arab karena tiga hal; Karena aku adalah orang Arab, Al-Qur’an itu berbahasa Arab dan ucapan penduduk sorga adalah Bahasa Arab”. (HR. Hakim, Thabarani dan Baihaqi)
“Cintailah orang Arab karena tiga hal; Karena aku adalah orang Arab, Al-Qur’an itu berbahasa Arab dan ucapan penduduk sorga adalah Bahasa Arab”. (HR. Hakim, Thabarani dan Baihaqi)
Imam Dzahabi rahimaullahu mengatakan dalam
ringkasan kitab al-Mustadrak : Saya kira hadits ini lemah”. Ibnu Al-Jauzi
rahimaullahu menyebutkan hadits ini dalam kitab Al-Maudhu’at
(kumpulan hadits-hadits palsu)
Meskipun demikian banyak atsar para salaf yang
menguatkan bahwa bahasa penduduk surga adalah bahasa Arab. Jika tidak
bisa kita katakan bahwa “bahasa Arab adalah bahasa ahli surga” tetapi bisa kita
katakan “bahasa Arab adalah bahasa pendamba ahli surga”.
Ketujuh:
“Afwan jiddan akhi”.
kata ini sering diucapkan oleh orang awam bahkan
aktivis dakwah, padahal bentuk ini salah secara kaidah, karena “afwan”
dan “jiddan” keduanya adalah maf’ul mutlaq yang bertujuan untuk
menta’kid (menegaskan), “afwan” tidak perlu ditambahkan “jiddan”
lagi untuk menta’kid serta tidak boleh menyusun dua maf’ul mutlaq
berturut-turut. (lihat pelajaran maf’ul mutlaq, Mulahkhas Qowa’idil
Lughatil Arabiyah hal 69, fu’ad Ni’mah, Darul Tsaqafah Islamiyah)
kedelapan:
Nama Nabi yang disebutkan dalam Al-Qur’an dan Sunnah
hanya empat orang saja yang memakai nama Arab asli yaitu Muhammad Shallallahu
’alaihi wa sallam, Syu’aib, Shalih dan Hud ‘Alaihimussalam. Hal ini
dapat diketahui dengan kaidah bahasa Arab bahwa nama asing termasuk golongan “mamnu’
minas sarf” yang tidak boleh di tanwin, sehingga anggapan sebagian orang
bahwa sebagian besar nabi dari bangsa Arab asli kurang tepat, yang benar beberapa
daerah timur tengah dulunya tidak diduduki oleh orang Arab seperti Mesir dan
Syam.
Kesembilan:
Bangsa Arab punya kebiasaan menitipkan anak mereka
kepada suku-suku pedalaman untuk disusui, termasuk Rasul kita
Shallallahu ’alaihi wa sallam, tentu kita bertanya-tanya untuk apa hal ini
dilakukan? Tidak khawatir anak kita didik oleh orang kampung yang tidak
dikenal? Ternyata salah satu hikmahnya adalah agar anak-anak meraka fasih
berbahasa Arab yang masih murni, karena bahasa di kota sudah bercampur baur.
Begitu juga kita tidak akan mendapatkan bahasa jawa
kromo/halus di kota-kota tetapi ada di desa-desa terpencil. Karena bagi orang
Arab kesalahan berbahasa sangat fatal dan bangsa Arab sangat memuliakan syair
dan keindahan bahasa.
Khalifah Abdul Malik bin Marwan berkata,
اللحن في الكلام أقبح من الجذري في الوجه
“Lahn (kesalahan) dalam berbicara lebih jelek dari cacar di wajah.”
Dari sulaiman bin Ali bin Abdullah bin Abbas dari
Al-Abbas berkata, saya bertanya kepada Rشsululloh
apakah keindahan pada seseorang?”, beliau menjawab, “kefasihan lisannya”. Dan
dikisahkan bahwa Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa sallam paling fasih
mengucapkan huruf “dhad” yang paling sulit pelafazannya. (lihat Qowa’idul
asasiyah lillughotil arobiyah hal 4,)
Kesepuluh:
Bahasa Arab adalah bahasa yang paling sesuai dengan
logika manusia,
misalnya kalimat, “ana masrurun bimuqobalatik”
(saya disenangkan [senang] karena bertemu denganmu),
Maka bahasa Arab menggunakan “masrurun”, dalam
bentuk maf’ul (objek penderita), bukan “saarrun” (fa’il/pelaku).
karena ada sesuatu yang membuatnya senang yaitu bertemu, tidak mungkin dia
senang sendiri jika tidak ada yang menbuatnya senang.
Bandingkan dengan bahasa indonesia, “saya merasa
senang” dan bandingkan pula dengan kalimat “ana qoodimun” (saya datang)
menggunakan bentuk fa’il (pelaku) karena memang ia melakukannya. (Faidah
ini saya dapat dari guru kami Aris Munandar, SS. MA. Hafidzahullahu)
Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat,
wa shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa ‘ala alihi wa shohbihi wa sallam.
Disempurnakan di Lombok, Pulau seribu Masjid
Penyusun: Dr. Raehanul Bahraen
Tidak ada komentar:
Posting Komentar